Kenapa PLB? Diantara Sekian Pilihan di Jalur Persimpangan

Sekali-kali pencitraan lah mbak, demi LPJ :) hmm okelah..


Wahh, membicarakan hal ini rasanya seperti mengorek luka lama. Tapi, hey, ternyata luka itu sudah kering! Melihat jejakku di masa lalu rasanya seperti tak pernah menyangka aku akan berjalan sejauh ini.


Entah dari kata kunci apa aku menemukan tulisan ini di platform tumblr, kurang lebih satu minggu sebelum penutupan pendaftaran SBMPTN 2016. Sebenarnya aku tidak pernah aktif di platform itu, mungkin karena memang tulisan itu cukup populer makanya sampai bisa terindeks google. Ya, itu adalah salah satu dari sekian banyak tulisan bertajuk "Obat Galau Jurusan: kumpulan cerita jurusan kuliah dari mahasiswa untuk adik-adik putih abu-abu". Aku yang saat itu sedang kebingungan menentukan arah hidup, tanpa sengaja menemukan tulisan seorang blogger yang ternyata masih sangat aktif hingga saat ini, baik di blog maupun instagram. Tulisan itu lah yang membuatku yakin menentukan PLB menjadi pilihan pertama dan keduaku di SBMPTN (UNS dan UNY). Oh iya, tulisan-tulisan Kak Lisfah (penulis artikel tersebut) lainnya sangat bagus, aku kadang masih mampir ke blog dan instagramnya sesekali. Teman-teman bisa baca di link yang sudah kutulis di tab recommended (Fatinah Munir).


Itu seperti takdir, sesuatu yang tidak disangka-sangka akan terjadi. Tapi seiring waktu, ternyata jiwa petualangku meronta-ronta dan selalu ingin mencoba hal baru. Baru juga ondesk SBMPTN, aku sudah tertarik dengan berbagai UKM yang ada di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS. Di salah satu UKM tersebut (baca: Brahmahardhika) aku menghabiskan waktu dan belajar banyak hal selama 4 tahun terakhir. 


Aku tidak tahu sebenarnya apa yang ingin aku tulis saat ini. Aku hanya mencoba mengingat-ingat tentang asal muasal mengapa aku sempat yakin sekali mengambil jurusan ini, sedangkan saat ini aku masih stuck dengan skripsiku yang sudah berbulan-bulan tak tersentuh dan malah belajar hal-hal lain. Aku tidak menyesal mengambil PLB sebagai pilihan jurusanku, aku banyak belajar di sini, dan jujur, aku bahagia. Tapi kenyataan bahwa dulu aku sangat penakut ternyata masih membayangi langkahku. Andai saja aku lebih berani mengambil Ilmu Komputer saat SNMPTN dahulu. Kalaupun gagal, mungkin aku akan segera melupakannya. Tapi yang terjadi adalah aku bahkan tidak memiliki keberanian untuk bermimpi. Hanya untuk mendaftar saja tidak berani. Sebuah mimpi besar yang merantai langkahku hingga saat ini. 


Aku tidak ingin membandingkan keduanya. Semua hal yang terjadi memiliki tempat masing-masing dalam ingatanku. Seiring waktu aku mengenali diriku sendiri, aku mulai mendapatkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan hidupku selama ini. I love coding, either do teaching. Dan aku mendapatkan keduanya di Brahmahardhika. Rasa hausku akan mencoba hal-hal baru juga terpuaskan disini. Dari hiking, rafting, caving, rock climbing, navigasi, survival, orienteering, konservasi, sekolah binaan, lalu apa lagi? oh iya, ketertarikan akan desain grafis, video editing, ilmu pustaka, blog dan website, kemampuan organisasi, kepemimpinan, kesekretariatan, segala tentang proposal dan segala bentuk laporan pertanggungjawaban, negosiasi, team work, pengusahaan pendanaan, retorika, problem solving, critical thinking, bahkan cara ngemong dan mendidik adik-adik dengan kurikulum yang sudah disesuaikan juga aku dapatkan di Brahmahardhika. Setelah segala ilmu dan pengalaman yang aku dapatkan disini, tidak ada alasan kenapa aku harus menyesal karena memilih jalan ini.


Mungkin terdengar serakah, tapi memang beginilah adanya. Aku ingin belajar banyak hal. Seperti Nobita: ingin ini, ingin itu, banyak sekali. Sampai akhirnya aku mencapai titik batas dan harus memilih, mana yang harus digenggam, mana yang harus dilepaskan. Aku tidak bisa serakah dan mengambil semuanya. Setidaknya untuk saat ini. Perlu usaha keras, fokus, dan konsistensi untuk dapat menjadi hebat dalam satu hal.


Beberapa hari yang lalu, aku diliputi rasa bersalah yang amat sangat. Satu: kepada orang tuaku. Aku sudah cukup lama berada di rumah selama pandemi ini. Orang tuaku berpikir, ketika aku fokus di depan laptop berarti aku sedang mengerjakan skripsi, padahal tidak. Aku memikirkan banyak hal, mencoba banyak hal, loncat ini, loncat itu. Sampai akhirnya aku benar-benar berpikir untuk kembali menseriusi belajar web programming. Suatu malam aku bercerita kepada ibuku tentang apa yang sedang aku pelajari, dan mengatakan tentang konsekuensi yang akan aku hadapi karena jalan yang kupilih. Orang tuaku tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan tinggi. Beliau yang bahkan tidak paham sama sekali dengan apa yang aku coba jelaskan, tapi dengan yakin mengatakan, "Terserah apapun pilihanmu, selama kamu bahagia, orang tua hanya bisa mendoakan". Aku rasa itu salah satu previlege yang tidak semua anak bisa mendapatkannya dengan mudah.


Aku lalu memutuskan untuk kembali ke Solo. Kebetulan kondisi kos sudah cukup ramai sehingga ibuku mengizinkan aku kembali tanpa was-was lagi. Di Solo aku mencoba memanfaatkan wifi kos sebaik mungkin. Entah sudah berapa video tutorial yang kutonton, atau berapa artikel yang sudah kubaca, dan berapa podcast yang sudah kudengar selama sebulan terakhir hingga aku benar-benar yakin akan menjadikan jalan ini sebagai jalan karirku. 


Rasa bersalahku yang kedua: kepada adik-adikku di sekretariat. Hhh, ini sulit dijelaskan, apalagi pada orang-orang yang menganggap aku terlalu membuang-buang waktuku karena keaktifanku di Brahma. Tapi yang pasti, ketika memang harus ada yang dikorbankan saat ini, aku akan mengorbankan egoku atas mereka. Brahma dan orang-orang di dalamnya sudah seperti rumah dan keluargaku. Pernah merasakan bagaimana rasanya meninggalkan rumah dan keluarga demi masa depanmu? Kurang lebih rasanya seperti itu.


Aku ingin belajar banyak hal, ingin melakukan banyak hal. Iya, aku memang serakah, aku mengakuinya. Tapi memang seperti itulah aku. Setelah sekian lama aku mencoba mengenali diri sendiri aku mulai memahami, memang itu sudah menjadi watakku, sulit untuk diubah, hahaha. Menjadi manfaat untuk orang lain adalah tujuan akhirku, itulah yang aku yakini.


Aku tidak berambisi untuk bisa bekerja di perusahaan semacam Google ataupun startup-startup unicorn yang ada di Indonesia. Tidak. Aku cukup tahu diri dengan kemampuan dan sumber daya yang aku miliki. Aku memang ingin suatu hari nanti mencoba untuk tinggal di kota yang lebih besar dari Solo, aku ingin merasakan kerasnya kehidupan di ibukota. Tapi itu hanya untuk mendapat ilmu dan pengalaman yang lebih banyak. Aku bermimpi suatu hari nanti aku akan kembali ke desaku, memberi manfaat untuk mereka yang ada di sekitarku. I love coding, either do teaching, kembali ke point itu. Aku sudah merencanakan apa yang ingin aku raih dalam waktu dekat (1-3 bulan), menengah (1-2 tahun), dan jangka panjang (5-10 tahun). Wahh.. aku sudah bisa memvisualisasi mimpi-mimpi itu dalam pikiranku. Dan yang perlu aku lakukan saat ini adalah: 


Eksekusi!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages