The Power of "Berbagi": Kekuatan Untuk Hari Ini, Harapan Untuk Hari Esok


Hari menjelang sore ketika hujan turun semakin deras sejak pagi. Weekend seakan menjadi pelampiasan atas aktivitas padat yang kulalui dalam satu bulan terakhir. Sejak pagi yang kulakukan hanya berdiam di kamar, buka tutup aplikasi whatsapp dan instagram sambil memutar musik di youtube tanpa henti. Apakah karena tidak ada kerjaan lain? Sebenarnya tidak juga. Tugas menumpuk setelah ditinggal dispen hampir 2 minggu lamanya, belum lagi proker di organisasi yang belum tersentuh sama sekali. Bingung harus mulai dari mana. Rasanya penat di kamar kos seharian, tapi hujan deras diluar sana menambah rasa malas untuk sekedar beranjak dari tempat tidur. Setelah sekian lama scroll instagram, kutemukan poster lomba blog yang terlihat sangat cantik dan menarik. Ahh, apa kabar blog ku yang lama tak tersentuh? Kapan terakhir kali aku menulis sesuatu? Aku bahkan sudah mulai lupa bagaimana cara mengawali sebuah tulisan.

#JANGANTAKUTBERBAGI

Pernahkah ragu, khawatir, atau takut ketika akan berbagi untuk orang lain? atau pernah berpikir, bagaimana jika apa yang kita miliki malah habis atau hilang saat kita berbagi? Tapi yakinlah, bahwa kita tidak akan terjatuh dan bersedih karena berbagi. Karena hal kecil yang kita bagikan bisa jadi suatu yang sangat berarti dan membahagiakan bagi orang lain.

Kurang lebih seperti itulah yang tertulis di poster dan di caption postingan lomba blog itu. Ragu, khawatir, dan takut ketika akan berbagi rasanya pernah kualami. Bukan dalam konteks materi, tapi cerita. Itulah salah satu alasanku sempat rajin menuliskan catatan-catatan kecil di blog ku yang sederhana, di blog yang hanya kubaca seorang diri. Berulang kali rasanya ingin berbagi, tapi tak juga berani. Jadilah blogku kuatur private, hanya untuk diriku sendiri. Karena aku takut berbagi, aku khawatir akan tanggapan orang lain terhadapku. Kukatakan, itu adalah ketakutan yang tak wajar, dan aku pernah mengalaminya.

Aku pernah berada di titik yang sangat rendah dimana aku tak percaya lagi pada siapapun, bahkan pada diriku sendiri. Semua itu menimbulkan efek domino yang mengacaukan seluruh inti kehidupanku, entah itu kuliah, organisasi, bahkan keluarga. Tidak banyak yang mengerti apa yang sesungguhnya terjadi padaku. Tiba-tiba saja aku menghilang dari mereka, menjadikan satu unsur sebagai tameng dari yang lain dan sebaliknya. Saat itu aku merasa jauh dari siapapun.  Aku merasa sendirian.

Di program studi yang kuambil sedikit banyak membahas tentang psikologi. Di satu sisi aku bisa menduga apa yang sebenarnya terjadi padaku, di sisi lain aku juga tahu bahwa aku tidak berhak mendiagnosis diriku sendiri. Hanya saja, orang-orang di sekitarku sebenarnya selalu mendukungku untuk berfikir positif dan hidup "sewajarnya". Tapi itu tidak lantas membuatku lepas dari kecenderunganku yang ingin lebih mempelajari isu-isu semacam ini, isu tentang kesehatan mental. Bagi beberapa orang, keadaan yang rasanya seperti depresi mungkin hanya karena mindset yang negatif, tapi diluar sana beberapa orang yang lain benar-benar mengalami masalah kejiwaan yang memang terdeteksi secara medis, jadi kita tidak bisa begitu saja acuh terhadap masalah mental health ini.

Ingatlah saat hidup memberi rasa kekurangan, disitulah arti kesederhanaan diajarkan. Saat hidup memberikan anda kemewahan, disitulah rasa syukur diingatkan.
- Merry Riana

“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Jangan Takut Berbagi yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa”

Source:
Desa di Gunung Kidul yang 'memanusiakan penderita gangguan jiwa'
https://www.bbc.com/indonesia/trensosial-43580443
Hari Bipolar Sedunia: Hidup dengan mengendalikan suara dan bayangan di kepala
https://www.bbc.com/indonesia/majalah-41484523

Update per 30 Desember 2019
Dan.. pada akhirnya aku tidak melanjutkan tulisanku. Source diatas merupakan bahan yang tadinya akan kuangkat sebagai topik artikelku, tapi semua kembali lagi pada diriku pribadi. Ketidakpercayaan diri pada tulisan sendiri, juga fokusku yang segera teralih ke urusan kuliah dan organisasi masih saja kujadikan alasan untuk tidak mengembangkan diri aka menyelesaikan tulisan ini. Lain kali mungkin akan kuceritakan tentang kisahku selama KKN yang akan terlaksana januari hingga februari tahun depan. Mungkin sedikit banyak menyinggung isu yang tadi akan kuangkat. Penasaran? tunggu saja update an blog ku yaa. Semoga aku diberi kekuatan dan konsistensi untuk menulis secara rutin #resolusi2020

Bagaimana kalau aku ikut ajang seru-seruan #30HariBercerita yang selalu ramai di instagram tiap bulan januari? Menarik sepertinya..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages